Inilah Laporan Keuangan Emiten Telkom Tower Q3, Siapa Juaranya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah emiten menara telekomunikasi yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melaporkan kinerja keuangan hingga kuartal III 2023. Beberapa emiten menara telekomunikasi yang mengajukan pailit adalah emiten Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara (TOWR), emiten Grup Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT).

Namun salah satu dari tiga emiten besar di sektor menara telekomunikasi, yakni PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) milik Grup Saratoga, belum mempublikasikan laporan keuangannya di situs BEI.

Helmy Yusman Santoso, Direktur TBIG, mengatakan laporan keuangan tersebut masih dalam penelaahan terbatas oleh Kantor Akuntan Publik (PAF). “Pelaporan paling lambat disampaikan pada tanggal 30 November 2023,” ujarnya dalam keterbukaan informasi BEI yang dikutip Senin (6/11).

Sementara dua emiten sektor menara lainnya yang menyampaikan kinerja keuangan kuartal III adalah PT Solusi Tunas Pratama (SUPR) dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI). Sedangkan PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON), PT Inti Bangun Sejahtera (IBST), PT LCK Global Kedaton (LCKM), dan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) belum melaporkan.

Dari lima emiten menara telekomunikasi, Mitratel masih menjadi emiten dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi dalam 9 bulan tahun ini, jauh mengungguli kompetitornya.

Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini meraih laba bersih Rp 1,43 triliun, tumbuh 17% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,23 triliun. Kinerja laba bersih ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan Mitratel sebesar 12% dari Rp5,61 triliun menjadi Rp6,27 triliun.

Pesaingnya Sarana Menara atau TOWR justru mengalami penurunan laba bersih sebesar 5,20% menjadi Rp 2,43 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,56 triliun. Pendapatan TOWR pada periode ini meningkat 8% menjadi Rp8,72 triliun dari sebelumnya Rp8,12 triliun.

Baca Juga  Dibalas Kritik BUMN Era Jokowi, Ada yang Rugi Triliunan

Sementara TBIG belum merilis laporan keuangannya. Sebagai perbandingan, pada semester I 2023, TBIG mencatatkan laba bersih sebesar Rp689 miliar, turun 17% dari sebelumnya Rp826,14 miliar, dengan pendapatan juga turun tipis 0,61%. menjadi Rp3,28 triliun, dari Rp3,30 triliun.

Hingga akhir September 2023, Solusi Tunas Pratama (STP Tower) atau SUPR, emiten menara telekomunikasi lainnya, juga mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 4% menjadi Rp 767 miliar. Sejak Oktober 2021, SUPR sebenarnya sudah diakuisisi TOWR melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).

Sedangkan BALI mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 14,47% menjadi Rp130 ​​miliar dari sebelumnya Rp152 miliar. CENT juga mencatatkan pemulihan kinerja khususnya bottom line yang mampu menekan rugi bersih sebesar 47% menjadi kerugian Rp726 miliar dari kerugian Rp1,36 triliun.

Dalam siaran persnya, per 31 Oktober 2021, manajemen MTEL mengungkapkan peningkatan pendapatan didorong oleh peningkatan jumlah menara dan serat optik, baik organik maupun anorganik. Pertumbuhan ini dibarengi dengan peningkatan jumlah penyewa dan kolokasi (layanan di mana operator telekomunikasi menyewa menara milik perusahaan menara daripada membangunnya berdasarkan pesanan).

“Sejak sebelum penawaran umum perdana (IPO) hingga saat ini, kami terus menambah jumlah menara dan fiber optik khususnya di luar Pulau Jawa. Kini kami sudah menikmati hasilnya berupa pertumbuhan jumlah penyewa dan peningkatan pendapatan, kata direktur utama MTEL
Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy.

Selama 9 bulan di tahun 2023, Mitratel membangun 481 menara baru dan menambah 1.192 menara melalui akuisisi, sehingga jumlah menara yang dimiliki MTEL mencapai 37.091 menara hingga akhir September lalu.

Sebaran menara Mitratel meliputi 15.505 menara di Pulau Jawa dan 21.586 menara di luar Pulau Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Hal ini mendorong pertumbuhan penambahan penyewa di luar Pulau Jawa sebesar 11%, lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa yang sebesar 10%.

Baca Juga  Soal Pengadaan BTN dari Muamalat, OJK: Tahap Negosiasi

Pertumbuhan kepemilikan menara diimbangi dengan peningkatan jumlah penyewa sebesar 10,5% menjadi 55.704 penyewa dari sebelumnya 50.390 penyewa (year on year/year).

Sementara jumlah kolokasi naik 21,3% menjadi 18.613 dari sebelumnya 15.339 kolokasi (yoy). Sepanjang tahun ini, Mitratel juga berhasil memperluas jaringan serat optik hingga 29.042 km. “Hal ini menunjukkan bahwa strategi ekspansi dan optimalisasi pertumbuhan kami di luar Pulau Jawa sejalan dengan strategi ekspansi operator seluler di Indonesia,” ujarnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel selanjutnya

Laba HM Sampoerna (HMSP) meningkat 18,69% menjadi Rp 3,04 triliun

(fsd/fsd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *